Rabu, 29 Januari 2014

SIWARATRI

Halo teman-teman, berhubung sekarang (Rabu, 29 Januari 2014) merupakan hari Raya Siwaratri, yuk kita membahas sedikit tentang Siwaratri.

Apa itu Siwaratri???
  1. Pengertian.
    Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Siwarâtri juga disebut hari suci pajagran.
  2. Waktu Pelaksanaan.
    Siwaratri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu).
  3. Brata Siwarâtri.
    Brata Siwaratri terdiri dari:
    1. Utama, melaksanakan:
      1. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
      2. Upawasa (tidak makan dan tidak minum).
      3. Jagra (berjaga, tidak tidur).
    2. Madhya, melaksanakan:
      1. Upawasa.
      2. Jagra.
    3. Nista, hanya melaksanakan:
      Jagra.
  4. Tata cara melaksanakan Upacara Siwarâtri.
    1. Untuk Sang Sadhaka sesuai dengan dharmaning kawikon.
    2. Untuk Walaka, didahului dengan melaksanakan sucilaksana (mapaheningan) pada pagi hari panglong ping 14 sasih Kapitu. Upacara dimulai pada hari menjelang malam dengan urutan sebagai berikut:
      1. Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan batin.
      2. Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian- Nya.
      3. Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah sidha dewata mohon bantuan dan tuntunannya.
      4. Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah. Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada:
        - Sang Hyang Siwa.
        - Dewa Samodaya.
        Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwarâtri, ditutup dengan melaksanakan dana punia.
      5. Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra.
        Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).
        Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih.
        Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).
      6. Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 di atas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.

Cerita Singkat Liburan.

Maaf sebelumnya karena telat sekali menuliskan atau meng-update blog saya tentang liburan karena saya masih sibuk mengumpulkan foto-foto yang akan saya publish berserta dengan cerita saya saat liburan. Berikut cerita saya mulai dari awal liburan yang saya persingkat. Selamat membaca ^_^




Liburan saya diawali pada tanggal 21 Desember. Saya, Putri Syahidna, Astri Asvinia, Cok Shara, Cahya Jayatri, dan Vera Nandya makan bersama di Bali Bakery. Itu merupakan hari yang menyenangkan untuk mengawali liburan saya, karena saya bertemu teman-teman saya dan kita berbagi banyakkkkk cerita hihihi<3



Pada tanggal 22 Desember 2013, tentu tanggal itu tidak asing lagi bagi kita para remaja dan orangtua-orangtua di Indonesia. Yak, 22 Desember merupakan hari ibu bagi seluruh ibu-ibu di Indonesia yang bertepatan pada hari senin. Saya pribadi tentu berinisiatif memberikan ucapan kepada ibu saya dan memberikannya bunga namun sebelum saya memberikan beliau bungan dan mengucapkan selamat, pada hari Senin di pagi harinya saya, Adryan, Aga, dan Baiq Putri mampir makan di Warung Adi Sanur sekitar pukul 11.30 setelah puas sarapan pagi yang cukup berat kami melanjutkan perjalanan untuk membelikan ibu saya bunga mawar setelah itu bukannya langsung mampir kerumah tetapi kami mampir ke rumah Ajeng, awalnya hanya sekedar bermain saja tetapi tanpa kita sadari ide untuk pergi keluar pun keluar dari pikiran kita dan kita melanjutkan perjalanan, tidak lupa saya mampir untuk pulang dan memberikan ibu saya bunga yang sudah saya beli setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke tempat favorite kami yaitu Starbucks hanya untuk sekedar nongkrong di sore hari.



Keesokkan harinya, saya tidak merencanakan hal untuk pergi namun tanpa saya sadari Adryan dan Aga membawakan saya terang bulan keju susu sabar menanti, padahal awalnya saya hanya bercanda meminta mereka membelikan saya terbul tetapi kenyataannya mereka dengan ikhlas dan gratis membawakan terbul kerumah saya saat larut malam sekitar pukul 11 malam hahaha love love<3






Pada 24 Desember 2013nya saya, Baiq Putri, Ryan Hagens, dan sahabat saya yang datang dari jakarta ke bali Astri Asvinia berencana untuk menonton film hasil karya anak bangsa yang berjudul Soekarno, setelah itu kami melanjutkan makan malam di Sushi Kiosk yang ditraktir oleh teman saya yang ganteng yaitu Ryan Hagens hahaha terima kasih gens<3



Tgl 25 December tepat pada saat hari raya natal, kakak saya berulang tahun, tidak lupa saya memberikan surprise bersama teman-temannya juga. Sore harinya, lagi-lagi saya pergi ke Starbucks untuk nongkrong namun kali ini saya pergi bersama Adryan dan Abim. Tgl 26 Desember saat sore hari saya mampir kerumah teman saya di PCA hanya untuk sekedar bercerita dan setelah itu saya menghampiri Adryan, Aga, Abim dan Guskris yang sedang makan malam di Kafe Betawi Mall Bali Galeria.

Keesokan harinya, tanggal 27 Desember saya dan Ajeng pergi ke Crystal Palace 66 untuk melihat sunset, Yup, kita hanya berdua saja hahaha kita menyebutnya "sunset-dating" hihihi sambil curhat curhat gitu dehh hahahha.



Tanggal 28 Desember saya, kakak saya, adik sepupu, dan mama saya pergi jalan-jalan ke Beachwalk dan makan di kitchenette. Tanggal 30 Desember saya pergi kerumah teman lama saya yaitu Dwita Lestari bersama Astri Asvinia dan Baiq Putri, kita dijamu sangat baik oleh Dwita hahaha kita makan banyak makanan mulai dari tipat, rujak, es campur, mie, ayam tepung, capcay dan oleh-oleh coklat yang dibawanya dari Singapore hahahaha.






Tanggal 31 Desember 2013, yup malam tahun baru, saya habiskan bersama sahabat-sahabat saya tercinta Adryan, Aga, Abim, Budi, Guskris, Vera Nandya, Mas Bayu, Baiq Putri Syahidna di "basecamp" kami hahaha kami berencana untuk sleepover dan menyaksikan kembang api dari lantai 2. Sambil mengisi dan menunggu pergantian tahun, kami bermain kartu, tertawa bersama dan bermain dare or dare hahahah sangat sangat sangat menyenangkan!! dan tanggal 1nya pun saya pulang kerumah dan tidur.



Tanggal 2 januari 2014 saya awali tahun 2014 dengan pergi ke roti canai bunana bersama Adryan, Ajeng, Abim, Aga, Guskris, dan Vera Nandya dan dilanjutkan makan malam di Bubur Ayam Jakarta Bang Yossi. Tanggal 4 Januari 2014 saya pergi ke Warung Rujak Gula Bali The Joglo bersama Abim, Guskris, dan Adryan.


Tanggal 5 Januari 2014 saya, Adryan, Aga, Guskris, Abim pergi mencari pencerahan ke pantai yang sangat indah yaitu Dreamland dan kita melanjutkan makan malam di Burgerking dan pada akhir hari, seperti biasa kita pergi ke Starbucks.



Tanggal 6 Januari 2014 saya, ajeng, cahya, abim, aga, dan adryan menghabiskan siang hari kita di Coffe Secret's dan dilanjutkan "dating-cantik" ke starbucks lagi namun hanya saya dan ajeng saja hihihi<3 . Pada tanggal 7 saya pergi ke roti canai lagi bersama adryan, aga dan abim, lalu starbucks pada tanggal 8 dan ke Warung Made menemani mama saya arisan pada tanggal 9.

Dan akhir liburan saya, saya akhiri dengan shooting tugas bahasa inggris di rumah gita untuk melakukan beberapa scene dan sebelumnya saya lagi-lagi "dating" bersama ajeng di Kantin Parahyangan untuk makan siomay favorite kita<3 hihiii



itu merupakan liburan TER-PADAT dan TER-ASIK yang pernah saya alami, saya sangat bersyukur bisa pergi setiap hari bersama teman-teman dan keluarga yang saya cintai dengan keadaan sehat. Suksma Ida Sang Hyang Widhi Wasa<3



Selasa, 28 Januari 2014

CERITA RAKYAT BALI: JAYAPRANA DAN LAYONSARI

Dua orang suami istri bertempat tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia bersamaan. Tinggalan seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana. Oleh karena orang yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia puan memberanikan dirimengabdi di istana raja. Di istana, laki-laki itu sangat rajin, rajapun amat kasih sayang kepadanya.
Kini I Jayaprana baru berusia duabelas tahun. Ia sangat ganteng paras muka tampan dan senyumnya pun sangat manis menarik.

Beberapa tahun kemudian.

Pada suatu hari raja menitahkan I Jayaprana, supaya memilih seorang dayang-dayang yang ada di dalam istana atau gadis gadis yang ada di luar istana. Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda, dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak. Tetapi karena dipaksan oleh raja akhirnya I Jayaprana menurutinya. Ia pun melancong ke pasar yang ada di depan istana hendak melihat-lihat gadis yang lalu lalang pergi ke pasar. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita. Gadis itu bernama Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar. Melihat gadis yang elok itu, I Jayaprana sangat terpikat hatinya dan pandangan matanya terus membuntuti lenggang gadis itu ke pasar, sebaliknya Ni Layonsari pun sangat hancur hatinya baru memandang pemuda ganteng yang sedang duduk-duduk di depan istana. Setelah gadis itu menyelinap di balik orang-orang yang ada di dalam pasar, maka I Jayaprana cepat-cepat kembali ke istana hendak melapor kehadapan Sri Baginda Raja. Laporan I Jayaprana diterima oleh baginda dan kemudian raja menulis sepucuk surat.
I Jayaprana dititahkan membawa sepucuk surat ke rumahnya Jero Bendesa. Tiada diceritakan di tengah jalan, maka I Jayaprana tiba di rumahnya Jero Bendesa. Ia menyerahkan surat yang dibawanya itu kepada Jero Bendesa dengan hormatnya. Jero Bendesa menerima terus langsung dibacanya dalam hati. Jero Bendesa sangat setuju apabila putrinya yaitu Ni Layonsari dikawinkan dengan I Jayaprana. Setelah ia menyampaikan isi hatinya “setuju” kepada I Jayaprana, lalu I Jayaprana memohon diri pulang kembali.
Di istana Raja sedang mengadakan sidang di pendopo. Tiba-tiba datanglah I Jayaprana menghadap pesanan Jero Bendesa kehadapan Sri Baginda Raja. Kemudian Raja mengumumkan pada sidang yang isinya antara lain: Bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, raja akan membuat upacara perkawinannya I Jayaprana dengan Ni Layonsari. Dari itu raja memerintahkan kepada segenap perbekel, supaya mulai mendirikan bangunan-bangunan rumah, balai-balai selengkapnya untuk I Jayaprana.
Menjelang hari perkawinannya semua bangunan-bangunan sudah selesai dikerjakan dengan secara gotong royong semuanya serba indah. Kini tiba hari upacara perkawinan I Jayaprana diiringi oleh masyarakat desanya, pergi ke rumahnya Jero Bendesa, hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara selengkapnya. Sri Baginda Raja sedang duduk di atas singgasana dihadap oleh para pegawai raja dan para perbekel baginda. Kemudian datanglah rombongan I Jayaprana di depan istana. Kedua mempelai itu harus turun dari atas joli, terus langsung menyembah kehadapan Sri Baginda Raja dengan hormatnya melihat wajah Ni Layonsari, raja pun membisu tak dapat bersabda.
Setelah senja kedua mempelai itu lalu memohon diri akan kembal ke rumahnya meninggalkan sidang di paseban. Sepeninggal mereka itu, Sri Baginda lalu bersabda kepada para perbekel semuanya untuk meminta pertimbangan caranya memperdayakan I Jayaprana supaya ia mati. Istrinya yaitu Ni Layonsari supaya masuk ke istana dijadikan permaisuri baginda. Dikatakan apabila Ni Layonsari tidak dapat diperistri maka baginda akan mangkat karena kesedihan.Mendengar sabda itu salah seorang perbekel lalu tampak ke depan hendak mengetengahkan pertimbangan, yang isinya antara lain: agar Sri Paduka Raja menitahkan I Jayaprana bersama rombongan pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki perahu yang hancur dan orang-orang Bajo menembak binatang yang ada di kawasan pengulan. Demikian isi pertimbangan salah seorang perbekel yang bernama I Saunggaling, yang telah disepakati oleh Sang Raja. Sekarang tersebutlah I Jayaprana yang sangat brebahagia hidupnya bersama istrinya. Tetapi baru tujuh hari lamanya mereka berbulan madu, datanglah seorang utusan raja ke rumahnya, yang maksudnya memanggil I Jayaprana supaya menghadap ke paseban. I Jayaprana segera pergi ke paseban menghadap Sri P aduka Raja bersama perbekel sekalian. Di paseban mereka dititahkan supaya besok pagi-pagi ke Celuk Terima untuk menyelidiki adanya perahu kandas dan kekacauan-kekacauan lainnya. Setelah senja, sidang pun bubar. I Jayaprana pulang kembali ia disambut oleh istrinya yang sangat dicintainya itu. I Jayaprana menerangkan hasil-hasil rapat di paseban kepada istrinya.

Hari sudah malam Ni Layonsari bermimpi, rumahnya dihanyutkan banjir besar, ia pun bangkit dari tempat tidurnya seraya menerangkan isi impiannya yang sangat mengerikan itu kepada I Jayaprana. Ia meminta agar keberangkatannya besok dibatalkan berdasarkan alamat-alamat impiannya. Tetapi I Jayaprana tidak berani menolak perintah raja. Dikatakan bahwa kematian itu terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa. Pagi-pagi I Jayaprana bersama rombongan berangkat ke Celuk Terima, meninggalkan Ni Layonsari di rumahnya dalam kesedihan. Dalam perjalanan rombongan itu, I Jayaprana sering kali mendapat alamat yang buruk-buruk. Akhirnya mereka tiba di hutan Celuk Terima. I Jayaprana sudah meras dirinya akan dibinasakan kemudian I Saunggaling berkata kepada I Jayaprana sambil menyerahkan sepucuk surat. I Jayaprana menerima surat itu terus langsung dibaca dalam hati isinya:
“ Hai engkau Jayaprana
Manusia tiada berguna
Berjalan berjalanlah engkau
Akulah menyuruh membunuh kau

Dosamu sangat besar
Kau melampaui tingkah raja
Istrimu sungguh milik orang besar
Kuambil kujadikan istri raja

Serahkanlah jiwamu sekarang
Jangan engkau melawan
Layonsari jangan kau kenang
Kuperistri hingga akhir jaman.”

Demikianlah isi surat Sri Baginda Raja kepada I Jayaprana. Setelah I Jayaprana membaca surat itu lalu ia pun menangis tersedu-sedu sambil meratap. “Yah, oleh karena sudah dari titah baginda, hamba tiada menolak. Sungguh semula baginda menanam dan memelihara hambat tetapi kini baginda ingin mencabutnya, yah silakan. Hamba rela dibunuh demi kepentingan baginda, meski pun hamba tiada berdosa. Demikian ratapnya I Jayaprana seraya mencucurkan air mata. Selanjutnya I Jayaprana meminta kepada I Saunggaling supaya segera bersiap-siap menikamnya. Setelah I Saunggaling mempermaklumkan kepada I Jayaprana bahwa ia menuruti apa yang dititahkan oleh raja dengan hati yang berat dan sedih ia menancapkan kerisnya pada lambung kirinya I Jayaprana. Darah menyembur harum semerbak baunya bersamaan dengan alamat yang aneh-aneh di angkasa dan di bumi seperti: gempa bumi, angin topan, hujan bunga, teja membangun dan sebagainya.
Setelah mayat I Jayaprana itu dikubur, maka seluruh perbekel kembali pulang dengan perasaan sangat sedih. Di tengah jalan mereka sering mendapat bahaya maut. Diantara perbekel itu banyak yang mati. Ada yang mati karena diterkam harimau, ada juga dipagut ular. Berita tentang terbunuhnya I Jayaprana itu telah didengar oleh istrinya yaitu Ni Layonsari. Dari itu ia segera menghunus keris dan menikan dirinya. Demikianlah isi singkat cerita dua orang muda mudi itu yang baru saja berbulan madu atas cinta murninya akan tetapi mendapat halangan dari seorang raja dan akhirnya bersama-sama meninggal dunia.

PESAN MORAL:
1. Sifat kesetiaan seorang istri seperti Layonsari sangat perlu ditiru karena seberapa besar kesalahan seorang pria, kesetiaan wanita selalu menjadi yang utama.
2. Berhati-hatilah berucap maupun bertindak jangan seperti Raja Kalianget yang termakan omongannya sendiri dan bersikap sangat arogan.