Selasa, 27 Agustus 2013

Kisah tentang Raja Mayadanawa


Mayadanawa adalah seorang raja yang memerintah di Bedahulu Bali yang merupakan putra dari Raja Sri Jayapangus dengan Dewi Danu sebagaimana disebutkan dalam kisah Barong Landung sebagai peringatan kemenangan dharma yang dirayakan sebelum hari rayagalungan.

Diceritakan sebelum Prabu Mayadanawa menjadi raja di Bali, sebagaimana yang disebutkan dalam babad kayu selem, di Bali bertahta seorang raja bernama Detya Karna pati dengan abiseka çri Jayapangus yang berkeraton di Balingkang. 

Setelah wafatnya Raja Jayapangus, Bali dipimpin oleh Mayadanawa sebagai seorang raja.

Mayadanawa selama memerintah di Bedahulu didampingi oleh seorang patih yang amat terkenal bernama Kala Wong dan pusat pemerintahannya terletak di Batànar (Pejeng). untuk memegang tampuk pemerintahan.

Pada awal pemerintahan Mayadanawa pulau Bali tidak jauh berbeda dengan masa pemerintahan çri Jaya pangus yang berkeraton di Balingkang. Namun hal ini tidaklah dapat berlangsung lama sebab sifat loba, tamak angkara murka serta“Nyapa kadi aku” makin menyelubungi hatinya. 

Prabu Mayadanawa tidak ingat akan dirinya sebagai seorang raja yang harus mengayomi dan melindungi seluruh rakyat, Mayadanawa tidak ingat akan kebesaran Tuhan yang telah menjadikannya hidup dan menjelma sebagai manusia, bahkan dengan tegas Mayadanawa menghalangi dan melarang rakyat untuk menghaturkan sembah, pemujaan dan yadnya.

Rakyat Bali tidak diperkenankan sujud kehadapanNya sebab Mayadanawa berpendapat, tidak ada yang lebih kuasa, kuat dan berpengaruh selain dirinya, oleh karena itu tidaklah ada gunanya menghaturkan sajian kepada Ida Sang Hyang Widhi Waça, Tuhan Yang Maha Esa kecuali kepada dirinya. 

Tindakan di atas amat merisaukan para dewata sebab sejak saat itu rakyat Bali tidak ada yang berani menghaturkan sembah dan bakti kepadaNya.

Mereka takut melakukannya, khawatir serta cemas dikenakan hukuman ataupun siksaan oleh Mayadanawa, Kegelisahan para dewata makin tidak dapat dibendung lagi.

Akhirnya para Bhatara dan dewata di Tolangkir menghadap Hyang Pramesti Guru, memohon agar Prabu Maya danawa yang mencemaskan penduduk Bali dimusnahkan dari madyaloka. 

Hyang Pramesti Guru memerintahkan para dewata para resi dan tidak ketinggalan Bhatara Indra agar turun ke Bali untuk melenyapkan raja Mayadanawa. 

Setibanya turun di Bali terjadilah pertempuran yang dasyat antara bala tentara Mayadanawa dengan para dewata, Korban diantara kedua belah pihak berjatuhan dan pertempuran tetap berkobar dengan sengitnya.

Bala tentara Mayadanawa terdesak, tidak kuat melawan serangan para dewata yang dipimpin Bhatara Indra, Mayadanawa dan Patih Kala Wong melarikan diri tetapi walaupun menyamar menjadi berbagai bentuk, penyamarannya tetap diketahui Bhatara Indra. 

Mula - mula Mayadanawa menjelma menjadi pohon timbul, kemudian lari ke sorga menjadi seorang bidadari tetapi diketahui juga dan tak henti-hentinya dikejar Bhatara Indra. 

Perlu kami sampaikan bahwa pada Usana Bali dijelaskan banyak nama-nama desa yang dihubungkan dengan penjelmaan Mayadanawa dalam menyelamatkan dirinya dari kejaran Bhatara Indra. 

Misalnya tempat Mayadanawa menjelma :
  • Menjadi busung (daun kelapa muda) disebut desa Belusung, 
  • Tempat Mayadanawa menyamar menjadi pusuh (jantung pisang) disebut desa Paburwan, 
  • tempat Maya danawa menyamar menjadi batu besar sekarang disebut desa Sebatu.
  • Menjadi manuk (burung) disebut desa Manukaya  
  • Tempat Mayadanawa menyamar menjadi padi disebut desa Tampaksiring dan 
  • Terakhir sampailah ia pada suatu tempat dan menjelma menjadi padas (paras), Pada penjelmaan inilah akhirnya Mayadanawa dipanah oleh Bhatara Indra sehingga menemui ajalnya. Tempat terbunuhnya Mayadanawa dan Patih Kala Wong kini dikenal dengan nama desa Toya Dapdap dan Pangkung Petas. 
  • Sedangkan darah Mayadanawa yang terus mengalir menjelma menjadi sungai yang sekarang dikenal dengan nama sungai Petanu.

Tersebutlah dalam Purana Bali Dwipa setelah Bali mengalami kehancuran di bawah Mayadanawa dan setelah matinya Mayadanawa bertahta seorang raja bernama Sri Kesari Warmadewa Çaka 804. Aci-aci mulai lagi antara lain Hari Galungan.

Demikianlah sekilas tentang Raja Mayadanawa ini dijelaskan.

Tradisi dan fungsi "Ngelawang" mengikuti jaman


Sesuai arti katanya, ngeLawang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah lainnya atau dari satu pintu ke pintu lainnya. Di dalam tarian ini ditampilkan 2 buah barong buntut (hanya bagian depan dari barong ket) dan sebuah punggalan(topeng) barong ket.
Apa yang kami saksikan pada hari ini tidak jauh berbeda dengan pemahaman yang digambarkan oleh Babad Bali  tersebut. Hanya saja barong yang dipergunakan dalam tradisi ngeLawang disini adalah Barong Bangkung (berupa sosok Babi) dan bukan Barong Ket.
Ngelawang memiliki makna melanglang lingkungan. Pada awalnya ngelawang adalah sebuah ritus sakral magis yang disangga oleh psiko-religi yang kuat. Benda-benda keramat seperti Barong dan Rangda, misalnya, diusung ke luar pura berkeliling di lingkungan banjar atau desa yang dimaknai sebagai bentuk perlindungan secara niskala kepada seluruh masyarakat.
Kehadiran benda-benda yang disucikan itu ditunggu dan disongsong dengan takzim oleh komunitasnya. Penduduk yang dapat memungut bulu-bulu Barong atau Rangda yang tercecer, dengan penuh keyakinan, menjadikannya obat mujarab atau jimat bertuah.
Tradisi ngelawang dalam konteks sakral magis sebagai persembahan penolak bala itu juga bermakna sama pada pentas ngelawang Galungan. Namun dalam perjalanannya, masyarakat Bali yang kreatif tak hanya ngelawang mengusung benda-benda sakral namun dibuat tiruannya untuk disajikan sebagai ngelawang tontonan. Itu merupakan sedikit dari asal muasal dan fungsi dari ngelawang
Anak-anak di Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki kegiatan unik yang mendatangkan uang untuk mengisi libur sekolah mereka. Mereka mengamen, namun dengan menggunakan alat-alat musik tradisional dan sejenis barongsai yang kerap disebut Ngelawang Barong.
Hampir sebagian anak-anak sekolah di Tabanan,Kerambitan , Bali, selama liburan galungan dan kuningan, memanfaatkan hari-harinya untuk mencari tambahan jajan dengan mengamen keliling.
Uniknya kegiatan mengamen yang mereka lakukan, tidak menggunakan alat musik gitar, melainkan musik tradisional khas Bali, berupa seperangkat gamelan sederhana,yang terdiri dari kendang,kecek,kempul,serta beberapa perangkat tambahan lain dan barong. Dalam bahasa Bali kegiatan ini disebut Ngelawang Barong.
Tanpa malu anak-anak ini mendatangi rumah warga satu persatu. Setelah menemukan rumah berpenghuni, barulah mereka beraksi. Diiringi bunyi kentongan, barong yang dibawa dua anak menari mengikuti irama musik kentongan.
Mereka mendapatkan imbalan berupa sejumlah uang dari warga. Bagi anak-anak ini, inilah yang menjadi daya tarik kegiatan Ngelawang Barong. Sebab uang bisa mereka gunakan untuk menambah uang jajan hingga membeli buku sekolah. “Ikut Ngelawang untuk ngisi liburan. Sebentar lagi kan mau Hari Raya Kuningan,” kata seorang anak yang ikut Ngelawang Barong.
Ngelawang Barong merupakan tradisi masyarakat Bali yang biasanya digelar menjelang perayaan Hari Raya Kuningan. Namun anak-anak sekolah kerap memanfaatkannya untuk mencari uang tambahan.

Tahu kah anda apa itu Baris Cina?

Baris Cina dan Gong Beri



Baris Cina merupakan salah satu Tarian sakral yang lahir, tumbuh dan dilestarikan di Denpasar, tepatnya di Kelurahan Renon. Tidak banyak yang mengenal Baris Cina secara utuh, ada yang tau nama Baris Cina namun menganggap tarian tersebut serupa dengan Tari Baris lain yang juga berkembang di Bali. Bagi mereka yang pernah melihat secara langsung, akan diliputi berbagai pertanyaan, bagaimana dan darimana asal-usul tarian yang jika dilihat tampilan luarnya sama sekali tidak menggambarkan tampilan sebuah tarian yang lahir di Bali pada umumnya.
Keberadaan masyarakat penyungsung atau pemaksan Baris Cina memiliki kaitan erat dengan Pura Blanjong - Sanur, dimana lokasinya berdekatan dengan prasasti Blanjong yang menyebutkan kemenangan yang di raih oleh raja Warmadewa terhadap musuh-musuhnya. Dari cerita yang berkembang di masyarakat disebutkan bahwa, dimasa akhir perang, leluhur mereka pergi meninggalkan pemukiman mereka di pesisir Blanjong - Sanur menuju ke daerah baru.
Memang dari cerita yang kami dengar secara turun temurun, disana pernah terjadi perang, namun apakah jaman dinasti Warmadewa atau Majapahit, kami kurang jelas. Kalau kepercayaan kami disini adalah legenda I Renggan - I Renggin ketika akan menyerang Gunung Agung, terjadi pula perang disana.” ungkap Made Sutama, BE, seorang warga pemaksan yang sekaligus Bendesa Adat Desa Pekraman Renon.
Tari Baris Cina di Sakralkan oleh warga penyungsungnya di di Kelurahan Renon, tepatnya di Banjar Kelod - Renon - Denpasar. Sebagai tarian sakral, Baris Cina hanya dipentaskan di Pura Baris Cina itu sendiri, di Pura-pura dalam lingkungan desa Pekraman Renon dan juga di Pura-pura terkait seperti Pura Blanjong - Sanur, Pura Petitenget - kuta, Pura sakenan serta beberapa Pura lain sesuai dengan petunjuk yang ada.
Membahas Baris Cina maka sekaligus terkait dengan gamelan pengiringnya yaitu Gong Beri. Menurut masyarakat setempat, Gong Beri tersebut dibawa oleh para leluhur mereka ketika pindah dari Blanjong menuju kawasan Renon. Ketika itu Gong Beri hanya terdiri dari dua buah Gong yaitu Ber dan Bor, dimana kemudian ditambahkan beberapa jenis instrumen seperti kendang, tawa-tawa, ceng-ceng dan sebagainya.
Menurut Prof. Dr. I Wayan Rai S., MA, yang pernah meneliti Gong Beri dan Baris Cina, menemukan bahwa Gong Beri - Ber dan Bor - berasal dari daratan Cina, dimana dalam penelitiannya mengenai Gong, persamaan dari Gong Beri masih ditemukan di Thailand yang hingga kini digunakan dalam upacara perkawinan. Demikianhalnya dengan keberadaan Gong Beri di Renon, yang pada awalnya digunakan dalam pesta pernikahan.
Tarian Baris Cina tercipta ketika Gong Beri telah ditambahkan berbagai instrument lain dan menjadi satu Barungan. Diawali dengan adanya warga yang trance dan berbicara bahasa Cina, maka dipilihlah nama Baris Cina sebagai nama tariannya.
Bahasa yang diucapkan oleh penari saat trance semacam dialek dalam pementasan kesenian dari daerah Punan di Cina.” terang Prof. Rai.
Tari Baris Cina terdiri atas dua kelompok penari yang semuanya laki-laki di mana setiap kelompok terdiri atas sembilan Penari termasuk satu orang komandan. Satu kelompok mengenakan pakaian hitam yang disebut Baris Selem, sedangkan kelompok lainnya berpakaian putih yang disebut Baris Putih. Gerak-gerak tari yang diperagakan oleh kedua kelompok tersebut menyerupai gerakan pencak silat dengan senjata pedang.
Setiap pementasan Tari Baris Cina selalu diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang Pemangku Setempat. Setelah upacara dilaksanakan, para penabuh Gong Beri mulai memainkan satu buah lagu dilanjutkan dengan penampilan penari dari kelompok Baris Selem. Sesi kedua merupakan giliran kelompok Baris Putih mempertunjukkan kepiawaian mereka dalam memainkan jurus-jurus pedang mereka. Pada sesi terakhir merupakan bagian dimana kedua kelompok penari berhadapan dan siap untuk bertarung. Pada sesi puncak inilah para penari akan mengalami trance yang biasanya berlanjut dengan menarikan keris dan mereka yang trance akan menusuk dirinya. Aajaibnya tidak satupun dari mereka yang terluka. (**)
Sumber: sosbud.kompasiana.com

Senin, 26 Agustus 2013

Yuk, kenalan sama barong-barong bali

Barong Bali adalah satu di antara begitu banyak ragam seni pertunjukan Bali. Barong merupakan sebuah tarian tradisional Bali yang ditandai dengan topeng dan kostum badan yang dapat dikenakan oleh satu atau dua orang untuk menarikannya. Di Bali ada beberapa jenis barong yakni Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Landung, Barong macan, Barong gajah, Barong Asu, Barong Brutuk, Barong lembu, Barong Kedingkling, Barong kambing, dan Barong Gagombrangan.

barong ket di bali

Barong Ket atau Barong Keketadalah barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan. Barong Ket memiliki perpaduan bentuk antara singa, macan,sapi dan naga. Badan barong ini dihiasi dengan kulit dengan ukiran indah dan kaca cermin kecil yang berkilauan ketika tertimpa cahaya. Bulu Barong Ket terbuat dari kombinasi serat daun pandan dan ijuk. Ada pula yang mengganti ijuk dengan bulu burung gagak.

Barong Ket ditarikan oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk atau Juru Bapang. Juru Bapang pertama menarikan bagian kepala, sedangkan yang satunya di bagian ekor. Dalam pertunjukkan, Barong Ket ditarikan berhadapan dengan Rangda, yaitu sosok seram yang melambangkan adharma (keburukan). Pertempuran Barong Ket dan Rangda melambangkan pertempuran abadi andara dharma dan adharma (rwa bhineda) di alam semesta. Tari Barong Ket diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan.

Barong Bangkal

barong bangkal di bali

Barong Bangkal adalah barong dengan bentuk babi hutan / babi jantan dewasa. Biasanya Barong Bangkal dipentaskan dengan cara ngelelawang atau menari dari rumah ke rumah berkeliling desa pada saat perayaan hari raya Galungan-Kuningan. Barong ini juga merupakan hiburan yang sangat menarik bagi anak-anak karena ketika ngelawang biasanya Barong Bangkal akan mengejar anak-anak yang ikut menyaksikan barong ini. Alih-alih takut, anak-anak ini biasanya akan sangat senang dan malah menggoda Barong Bangkal agar terus mengejar mereka. Barong ini ditarikan oleh dua orang penari dengan iringan gamelan batel/tetamburan.

Barong Macan

barong macam di bali

Barong macan memang berbentuk seekor macan seperti namanya. Barong ini betuknya hampir mirip dengan Barong Ket, tapi dengan kulit loreng-loreng dan wajah/topeng macan. Pementasan Barong Macan juga dilakukan layaknya Barong Bangkal, yaitu ngelawang berkeliling desa. Biasanya, pementasan barong ini juga dilengkapi dengan dramatari semacam Arja (opera tradisional Bali). Barong macan ditarikan oleh dua penari dengan iringan musik gamelan batel.

Barong Gajah

barong gajah di bali

Seperti namanya barong ini tentu saja menyerupai seekor gajah. Barong ini termasuk barong yang langka dan jarang ditemui karena termasuk jenis barong yang keramat. Barong Gajah hanya terdapat di beberapa daerah di Gianyar, Tabanan, Badung dan Bangli. Barong ini ditarikan oleh dua orang penari sebagai kepala dan kaki. Pada saat-saat khusus, barong ini dipentaskan secara ngelewang dari rumah ke rumah berkeliling desa dengan iringan gamelan batel atau tetamburan.

Barong Asu

barong asu di bali

Asu berarti Anjing, jadi Barong Asumerupakan barong dengan bentuk menyerupai anjing. Sama seperti Barong Gajah, Barong Asu juga termasuk jenis barong yang langka. Barong ini hanya terdapat di beberapa desa di daerah Tabanan dan Badung. Biasanya dipentaskan dengan berkeliling desa (ngelelawang) pada hari-hari tertentu dengan iringan gamelan batel atau tetamburan atau beleganjur.

Barong Landung

barong landung di bali

Barong Landung adalah barong yang menyerupai manusia dengan perawakan yang sangat tinggi. Tinggi dari barong ini bahkan sekitar dua kali tinggi badan orang dewasa. Sosok laki-laki dinamakan Jero Gede, sedangkan pasangannya disebut Jero Luh. Konon, barong jenis dibuat untuk mengelabui mahluk-mahluk halus yang menebar bencana. Masyarakat Bali percaya bahwa mahluk-mahluk halus tersebut adalah kaki tangan Ratu Gede Mecaling, penguasa alam gaib di Lautan Selatan Bali yang berstana di Pura Dalem Ped, Nusa Penida. Untuk menangkal makhluk-makhluk tersebut, suatu waktu seorang pendeta menyarankan masyarakat untuk membuat patung yang mirip Ratu Gede Mecaling, yang sosoknya tinggi besar, hitam dan bertaring, lalu mengaraknya keliling desa. Ternyata cara tersebut berhasil. Para mahluk halus ketakutan melihat sosok yang mirip dengan tuan mereka. Hingga kini, di banyak desa, secara berkala masyarakat mengarak Barong Landung untuk menangkal bencana.

Barong Kedingkling atau Barong Blasblasan

barong blasblasan di bali

Barong Kedingkling disebut juga Barong Blasblasan atau Barong Nong-Nong Kling. Tidak seperti barong-barong yang sebelumnya telah dijelaskan, barong ini memang memiliki rupa yang sangat jauh dari jenis barong lainnya. Barong ini lebih menyerupai kostum topeng seperti yang biasanya dijumpai pada pertunjukkan tarian-tarian Bali. Tokoh-tokoh dalam barong Kedingkling persis dengan tokoh-tokoh dalam Wayang Wong. Saat menari, cerita yang dibawakannya pun adalah cuplikan dari cerita Ramayana terutama pada adegan perangnya. Barong Kedingkling banyak terdapat di daerah Gianyar, Bangli dan Klungkung.

Barong Brutuk

barong brutuk di bali

Diantara semua barong yang telah dijelaskan, Barong Brutuk adalah jenis barong yang paling langka. Barong ini hanya terdapat di desa Terunyan – Bangli, sebuah daerah tertutup di seberang Danau Batur yang juga terkenal akan keunikan proses pemakamannya. Barong ini memiliki bentuk yang lebih primitif dibandingkan dengan jenis barong Bali yang lain. Topeng barong ini terbuat dari batok kelapa dan kostumnya terbuat dari keraras atau daun pisang yang sudah kering. Barong ini melambangkan makhluk-makhluk suci pengiring Ida Ratu Pancering Jagat yang berstana di Pura Pancering Jagat, Terunyan. Penarinya pun tak boleh sembarangan. Orang yang boleh menarikan barong ini adalah remaja yang telah disucikan. Barong brutuk ditarikan dengan membawa cambuk yang dimainkan sambil berlari-lari mengelilingi pura. Barong ini diiringi dengan gamelan Beleganjur atau Babonangan.