Senin, 29 Oktober 2012

Arti Bunga di Bali


Bunga bagi orang bali tampaknya bisa dimasukan ke dalam kebutuhan sehari-hari. Selain mereka memakainya sebagai bagian dari perhiasan rambut, persembahan sehari-hari, dijadikan bagian dari pewangi ruangan dan tentunya sebagai penghias halaman.
Saya melihat ada beberapa bunga yang sering sekali digunakan di Bali.  Bunga kemboja, yang sering identik dengan hal-hal mistis di daerah-daerah luar bali, sering digunakan sebagai penghias rambut dan pewangi ruangan. Wangi harumnya sebenarnya menenangkan dan sangat khas bali. Menarik sekali bagaimana orang Bali sering menaruh setangkai bunga saja, tapi memberi efek yang luar biasa.
Bunga lain yang cukup sering akan kita lihat adalah Padma atau lotus. Ada beberapa jenis yang tampak disini, walaupun saya belum melihat yang sebesar Padma di kebun raya Bogor. Hampir semua kolam diberi Padma di Bali, dan tidak sedikit pot-pot kecil diisi dengan bunga kebijaksanaan ini. Tapi alasan sebenarnya orang bali senang dengan Padma, lupa saya tanyakan pada teman bali saya. Ga berbakat jadi wartawan deh.
Bunga lain yang lumayan sering digunakan adalah bunga kembang sepatu. Teman Bali saya bercerita bahwa untuk patung Ganesha persembahannya tidak perlu dengan sesajen yang macam-macam, cukup dengan wangi bunga saja, dan tampaknya Ganesha menyukai bunga kembang sepatu ini.
Semua bunga itu menjadikan Bali menjadi sangat menyenangkan untuk ditinggali. Semoga saja orang di bali bisa mempertahankan keterlibatan bunga yang sangat tinggi ini dalam kehidupan mereka selamanya.

7 Jajanan Khas Bali


Berikut adalah 7 Jajanan Khas Bali yang banyak dijual di pasar tradisional. Sebenarnya ke 7 jajanan khas Bali ini bisa kita temukan juga di daerah lain seperti Malang, Jogja, Bandung dan mungkin ada di daerah lainnya dengan nama atau sebutan yang berbeda.

1. Jaje Godoh







Semua orang Bali atau yang pernah tinggal di Bali pasti tahu dengan jajanan yang satu ini. Jajanan yang biasa dijual di pasar atau di warung-warung ini sangat pas untuk teman minum kopi di pagi hari. Di daerah lain jajanan satu ini dikenal dengan nama PISANG GORENG.


2. Jaje Lempog











Jaje lempog bisa kita temukan di pasar tradisional. Jajanan yang terbuat dari singkong dan gula merah ini di Jawa terkenal dengan nama GETUK. Makanan ini sering dimasukan di jajanan bali dengan tambahan gula merah cair.

3. Jaje Laklak
















Jajanan yang terbuat dari tepung beras ini dimakan dengan parutan kelapa dan gula merah cair. Rasanya empuk dan lezat. Ternyata saya pernah menjumpai makanan yang mirip dengan jaje laklak, namanya SURABI. Bedanya kalau Surabi ada bermacam-macam rasa seperti Surabi keju, surabi susu, surabi coklat, Surabi oncom dan masih banyak lagi. Sedangkan kalau jaje laklak hanya satu versi yaitu Laklak dengan parutan kelapa dan gula merah.

4. Jaje Uli











Jajanan yang satu ini terbuat dari tepung ketan. Jaje uli banyak ditemukan pada saat ada hari raya umat hindu seperti hari raya galungan. jaje uli enaknya dimakan dengan tape ketan.

5. Jaje Sumping








Sumping adalah jajanan yang terbuat dari tepung beras berisi pisang didalamnya, dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus. Selain sumping pisang ada juga sumping yang terbuat dari labu (waluh). Kalau di daerah Jogja sumping pisang diberi nama NOGOSARI.

6. Jaje Giling












Jaje giling adalah jajanan yang terbuat dari tepung kanji alias aci diberi pewarna merah kemudian di pilin dan di masukkan kedalam air panas. Jaje giling ini biasanya disajikan dengan kelapa parut dan gula pasir atau gula merah cair. Ternyata di daerah Bandung saya pernah menjumpai jajanan seperti ini tapi entah apa namanya.

7. Jaje Klepon











Jajanan yang terbuat dari tepung ketan ini berbentuk bulat kecil dan berisi gula merah didalamnya. Klepon harus dimakan sekaligus, karena jika anda gigit sedikit demi seidkit, gula merahnya akan keluar dan mengotori tangan atau baju anda. Ternyata di Bandung dan Jogja juga ada jaje klepon dan namanya juga sama KLEPON. 

Jalak Bali

Tiap-tiap provinsi di Indonesia memiliki fauna identitas yang mencerminkan keberagaman hayati di daerahnya. Pilihan fauna-fauna tersebut berdasarkan bahwa fauna tersebut endemik di provinsi tertentu, khas provinsi tertentu atau merupakan komoditi andalan provinsi tertentu. Berikut ini adalah fauna identitas provinsi di Bali yang sangat mempesona.


JALAK BALI
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.
Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang. Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.


Karena penampilannya yang indah dan elok, jalak Bali menjadi salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi burung ini cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali.

Minggu, 28 Oktober 2012

Arti Nama Orang Bali


Mungkin Anda yang bukan orang Bali bertanya-tanya; mengapa nama depan orang Bali ada kemiripan satu sama lainya. Sewaktu Kopda di Jember, dalam perbincangan kami dengan rekan-rekan di sana, ada rekan yang bertanya seputar nama orang Bali. Orang Bali umumnya memiliki nama depan seperti I Putu, I Wayan, I Gede, I Made, I Nyoman, I Ketut, dst. Ada juga yang memiliki nama depan seperti: Ida Bagus, Cokorda, I Gusti, Anak Agung, dst. Lalu apa sebenarnya makna dari nama depan tersebut?

Urutan kelahiran

Ada sedikit pembedaan nama depan antara anak laki dan perempuan. Untuk anak laki-laki umumnya ada awalan "i" di depan namanya. Sedangkan anak perempuan ada awalan "ni" di depan namanya. Misalnya: Ni Wayan Purni, I Putu Budiastawa. Tapi khusus bagi saudara kita yang berasal di Kabupaten Buleleng (Bali), pemberian awalan nama "I" dan "Ni" ini kadang diabaikan.

Secara umum, nama depan orang Bali menunjukkan urutan kelahiran:
  1. Anak pertama biasanya diberi nama depan seperti: I Ngurah, I Wayan, I Gede, Ni Luh (perempuan) atau I Putu. Contohnya seperti : I Putu kauh kaje. Ni Luh jegeg gati dll
  2. Anak kedua umumnya diberi nama depan seperti: I Nengah, I Made atau I Kade. Contohnya: I Nengah Gunadi, I Kade Sudana, I Made Sudibya, Ni Made Sri Andani, dll.
  3. Anak yang ketiga biasanya diberi nama depan: I Komang atau I Nyoman. Contohnya: I Komang Tirtayasa, I Nyoman Parwita, Ni Komang Candra Sari, dll.
  4. Anak keempat umumnya diberi nama depan: I Ketut. Contohnya: I Ketut Suparta, I Ketut Teja Negara, Ni Ketut Wiratnati, dll.
Lalu bagaimana dengan anak kelima dan seterusnya? Di sini ada 2 alternatif yang bisa dipakai orang tua untuk memberi nama depan pada anak kelima, keenam, dan seterusnya:
  • Pemberian nama depan bisa kembali lagi ke awal; nomor 1. Ada orang tua yang sengaja menambahkan kata "Balik" setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang keempat. Contohnya: I Wayan Balik Suandra. Jadi nama depannya adalah "I Wayan Balik" yang menandakan bahwa dia adalah anak kelima, atau anak yang lahir setelah putaran 1 sampai 4.
  • Pemberian nama depan dengan terus mengulang I Ketut. Berapapun anaknya yang lahir setelah anak keempat, akan terus diberi nama depan "I Ketut".

Warna (Kasta)

Selain menunjukkan urutan kelahiran, ada nama depan tertentu yang menunjukkan kasta. Penamaan berdasarkan Kasta ini merupakan gelar warisan turun temurun yang melekat pada keturunan orang Bali yang dulunya memiliki kelas tersendiri berdasarka profesinya.

Nama depan seperti "Ida Bagus" untuk pria atau "Ida Ayu" untuk wanita, menunjukkan bahwa dia berasal dari keturunan kasta Brahmana di Bali. Brahmana adalah kasta dari penggolongan profesi sebagai pemuka agama; misalnya pendeta. Contohnya: Ida Bagus Dharmaputra, Ida Ayu Diah Tantri.

Nama depan seperti "Anak Agung", "I Gusti Agung", "Cokorda", "I Dewa", "Desak" (perempuan), "Dewa Ayu" (perempuan), "Ni Gusti Ayu" (perempuan), dan "I Gusti Ngurah", ini berasal dari kasta Ksatria yang merupakan golongan profesi dari pelaksana pemerintahan dan pembela negara. Contohnya: Anak Agung Komang Panji Tisna, Anak Agung Ayu Wulandari, Cokorda Rai Sudarta, I Dewa Putu Kardana, I Gusti Ngurah Adiana, dll.

Namun sering kali nama depan dari kasta-kasta di atas juga diikuti dengan urutan kelahiran. Seperti misalnya: Ida Bagus Putu Puja, Ida Ayu Komang Rasmini, I Gusti Agung Made Jayandara, Ni Gusti Ayu Putu Anggraeni, dll.

Makanan Khas Bali yang Menarik Hati


Bali memang tiada duanya, selain panorama alamnya yang begitu indah tenyata masakan khas Bali juga mampu menarik hati para wisatawan yang berkunjung. Makanan Bali memang terkenal sangat enak dan banyak sekali macamnya, dibawah ini ada beberapa makanan khas Bali yang terkenal.


BABI GULING
Babi Guling merupakan makanan khas Bali yang paling populer.
Babi guling merupakan sejenis lauk pauk yang dibuat dari anak babi betina atau jantan secara utuh kecuali isi perutnya dikeluarkan dan dibersihkan dengan air hangat, seluruhnya diganti dengan bumbu dan sayuran seperti daun ketela pohon, dipanggang diatas bara api sambil diputar-putar ( diguling-gulingkan) sampai matang yang ditandai dengan warna kulitnya menjadi kecoklatan dan renyah. Bumbu Bali juga mempengaruhi rasa kelezatan kulit babi guling, bumbu tradisional Bali “Base Genep,” serta dicampur dengan sayur daun singkong. Ketika daging babi matang, bumbu dan sayur itulah yang nantinya mendampingi kulit babi maupun daging babi ketika di makan.
Untuk menghindari terbakarnya kulit babi,  tempat pemanggangan api juga mesti diperhatikan, sehingga kematangan kulit dan daging babi pas buat rasa lidah. Jarak api dengan babi saat memanggang juga menjadi penentu kulit itu enak atau tidak, salah sedikit mengatur jarak kulit babi akan hangus. Tidak mudah membuat kulit babi guling terasa renyah dan enak, perlu konsentrasi tinggi saat memanggang dengan cara memutar daging babi yang telah ditusuk dengan bambu (guling) babi, jika tidak kulit babi itu akan terbakar, kalau terbakar rasa akan berubah menjadi pahit.
Babi guling pada mulanya digunakan untuk sajian pada upacara baik upacara adat maupun upacara keagamaan,  saat ini  telah dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan bahkan hotel-hotel berbintang di Bali. Babi guling yang paling terkenal biasanya berasal dari kabupaten Gianyar.

Lawar
Lawar merupakan makanan khas Bali. Saat ini Lawar mudah untuk ditemukan di Bali. Lawar sering dipakai untuk hidangan pada saat upacara adat, namun lawar juga banyak dijual oleh restoran dan rumah makan yang ada di Bali.

Bahan dasar dari lawar adalah sayur bukan daging, yaitu sejenis sayur-sayuran yang dicincang yang kemudian diberi bumbu berbasis terasi yang diramu dengan bumbu rempah-rempah. Di desa-desa Bali dapat ditemukan berbagai jenis lawar, seperti lawar nangka, lawar kacang panjang, lawar daun belimbing, lawar buah pepaya muda, lawar kelapa. Namun yang paling terkenal adalah lawar nangka dan lawar kacang panjang. Tetapi untuk menambah citarasa lawar kemudian diberi cincangan daging, seperti daging ayam, bebek, babi, sapi, keong, atau penyu.

Cincangan daging ini terkadang dibuat halus untuk menguatkan rasa bumbu, namun terkadang juga dibuat kasar supaya lebih terasa di lidah. Dan dikarenakan, masyarakat yang mengkonsumsi lebih menyukai daging saat ini lawar yang ada kebanyakan ada campuran dagingnya. Sampai-sampai lebih banyak daging dibandingkan dengan sayurannya.

Di desa-desa lawar cenderung berasa pedas, dan ada beberapa yang sengaja mencampurkan darah segar saat meremas bumbunya. Akan tetapi, di restoran atau pun warung makan biasanya lawar dibuat tidak terlalu pedas dan tidak dicampur darah, karena disesuaikan dengan selera turis-turis yang datang berkunjung.

Betutu
Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh serta dibumbui dari bagian luar dan dalam. Ayam atau bebek itu lalu dibungkusi dengan daun pisang, kemudian dilapisi lagi dengan pelepah pisang hingga rapat. Setelah itu ayam atau bebek itu ditanam dalam tanah dan ditutupi dengan bara api hingga 6 atau 7 jam (sampai matang).
Semua masyarakat Bali pasti mengenal betutu. Salah satu produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Di sini betutu dipakai sebagai sajian pada upacara keagamaan atau upacara adat, dan juga untuk dijual.
Betutu ini tidak dapat dijadikan oleh-oleh karena tidak tahan lama, kecuali jika anda membelinya menjelang kepulangan ke kota tempat kamu tinggal dan itu pun jika anda menggunakan pesawat.

Rujak Kuah Pindang
Rujak kuah pindang ini merupakan kombinasi dari beberapa buah-buahan segar yang mirip dengan rujak manis pada umumnya. Buah yang sama dan sering digunakan seperti bengkuang, pepaya, kedondong, mentimun, belimbing dan lain-lain. Seperti biasa, buah-buahan dipotong kecil-kecil layaknya rujak pada umumnya.
Yang membedakan rujak ini dengan rujak biasa adalah pelengkapnya. Pelengkap ini terdiri dari kaldu (terbuat dari ikan), garam, terasi, dan cabai. Semua pelengkap ini digiling hingga halus dan tidak dicampur lagi dengan air karena sudah ada kuah pindang (kaldu ikan) yang sudah encer.
Cara membuatnya sebagai berikut, pertama ulek atau giling cabai, terasi, dan garam secara bersamaan hingga halus. Kedua masukkan kuah pindang yang sudah disiapkan. Ketiga aduk kuah pindang yang telah dicampur dengan cabai, terasi, dan garam yang sudah diulek. Keempat potonglah buah-buahan yang sudah disiapkan menjadi kecil-kecil. Terakhir, semua buah diaduk agar kuah pindangnya meresap dan rujak pindang ini siap untuk disajikan.

Sate Lilit
Sate yang ini berbeda dengan sate pada umumnya yang berupa daging yang dipotong dan ditusukan pada kayu kecil. Sate ini dibuat dengan cara melilitkan daging pada sebatang bambu. Daging yang digunakan dapat berupa daging ikan, ayam, bebek, babi, atau burung dara. Namun, yang biasanya terdapat pada warung-warung di Bali adalah sate lilit yang terbuat dari daging ikan tuna atau daging ayam.
Cara membuatnya adalah sebagai berikut, daging dimasukkan ke dalam lesung, kemudian dihaluskan menggunakan alu bersama dengan bumbu, santan dan parutan kelapa. Setelah daging menyatu dengan bumbu, maka sate mulai dibentuk dengan mengepal daging hingga memanjang dan melilitkannya pada tangkai yang dibuat dari bambu. Setelah itu sate dibakar kemudian siap dihidangkan berbarengan dengan tupat, sup ikan dan plecing kangkung.


Srombotan
Srombotan adalah sayuran khas dari Klungkung. Srombotan ini adalah sejenis gado-gado versi Klungkung. Makanan ini adalah campuran sayur-sayuran dengan kacang-kacangan yang dibumbui dengan sambal kelapa dan sambal siram yang terbuat dari kacang tanah, terasi dan cabai.
Sayuran yang biasa dipakai adalah kangkung, bayam, buncis, kacang panjang, terong bulat (mentah), pare, kecipir. Kacangnya antara lain kacang tanah, botor, kacang merah, kacang kara, jagung goreng, dan kecambah.

Sambal Matah
Di Bali sambal matah berarti sambal mentah. Sambal ini memang sesuai dengan namanya dibuat dari bahan mentah antara lain terasi yang dibakar, bawang merah, cabai, sereh, dan daun jeruk purut yang semuanya masih mentah dan segar. Semua bahan itu kemudian diiris menjadi halus, kemudian dicampurkan dengan terasi dan garam dengan cara mengulet atau meremasnya. Setelah halus semua itu ditambahkan sedikit minyak kelapa. Biasanya sambal ini dimakan bersama sate lilit atau ikan asin. Dapat juga diurabkan pada daging ayam yang disuir-suir.

Nasi Jinggo
Nasi jinggo merupakan satu jenis hidangan murah meriah dan sangat terkenal di Bali (khususnya di Denpasar dan Badung). Pada awalnya, nasi jinggo ini disediakan bagi para pekerja malam yang sering lembur. Tapi seiring waktu berlalu, nama nasi jinggo ini menyebar hampir ke seluruh sudut kota Denpasar, Badung, bahkan beberapa kota di Bali.
Nasi jinggo ini hanyalah nasi bungkus biasa (mirip sego kucing yang terkenal di Yogyakarta). Nasi jinggo ini dibungkus daun pisang, dengan campuran lauk mie, ayam suir, tempe goreng, telur rebus 1/4 butir, dan dengan khasnya adalah sambal tomat yang dicampur dengan terasi pedas tapi lezat.
ukuran nasi jinggo terbilang kecil, hanya segenggam kepalan tangan saja, dan harganya juga sangat murah yaitu dengan kisaran 3.000,- rupiah.

Permainan Tradisional Bali


Bali selain kaya dengan alamnya dan budayanya, tidak kalah pentingnya Bali juga kaya dengan permainan khasnya yang sering dimainkan oleh anak-anak Bali, namun seiring berjalannya waktu permainan ini sudah sangat sulit dijumpai. Dibawah ini adalah beberapa permainan Bali yang dulu sangat 'Eksis' pada masanya.
MEONG-MEONG
Meong-meongan merupakan permainan tradisional masyarakat bali yang umum dimainkan oleh anak-anak di bali diiringi dengan nyanyian lagu meong-meong. Permainan ini menggambarkan usaha dari si kucing atau dalam bahasa bali disebut meng untuk menagkap si tikus atau bikul.
Dalam permainan ini biasanya diikuti oleh lebih dari 8 orang atau lebih dimana 1 orang memerankan bikul (tikus) satu orang memerankan sebagai meng (kucing) dan yang lainnya bertugas melindungi bikul dari meng dengan cara membentuk lingkaran kemudian si bikul berada di dalam lingkaran sedangkan meng berada di luar lingkaran. Meng akan berusaha masuk ke dalam lingkaran dan berusaha menangkap bikul. Anak-anak yang membentuk lingkaran juga akan berusaha menghalangi meng masuk ke dalam lingkaran. Si meng baru boleh menangkap si bikul ketika lagu sudah pada kata-kata juk-juk meng juk-juk kul.
Satu lagi permainan tradisional yang bisa dinikmati di bagian utara pulau Bali ini yaitu megoak-goakan.
MEGOAK-GOAKAN
Megoak-goakan ini adalah tarian rakyat yang sering kali dipentaskan menjelang Hari Raya Nyepi dan hanya terdapat di Desa Panji, kecamatan Sukasada 6 km ke selatan dari Kota Singaraja. Nama megoak-goakan diambil dari nama Burung Goak (Burung Gagak) ketika burung itu mengincar mangsanya kegiatan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak Panji Sakti sebagai Pahlawan Buleleng pada waktu menaklukkan Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.



Sabtu, 27 Oktober 2012

Song Sombah

Song Sombah berarti Sebuah lubang yang berada pada bagian bawah tembok samping angkulangkul, berfungsi sebagai panguus sarwa mala. Song sombah juga memiliki penjaga, Penjaga Song Sombah ini sendiri yaitu Sang Bhuta Anungkarat. 

Song sombah biasanya diberi canang, banten saiban dan juga segehan untuk menetralisir butha kala dan juga agar butha kala tidak masuk kedalam lingkungan rumah.
Disamping itu, guna song sombah juga agar tidak terjadi banjir saat hujan. 
Jadi air yang menggenang dapat mengalir ke saluran pengairan.

Dirumah saya, sebenarnya saya memiliki 3-5 Song sombah namun gambar dibawah ini adalah Song sombah yang terletak di Merajan rumah saya.


Kamis, 25 Oktober 2012

TRADISI PERANG PANDAN


Bali memiliki beragam tradisi unik, kali ini akan membahas tradisi perang pandan yang diadakan setiap tahun di desa Tenganan yaitu sebuah desa Bali Aga yang berada di kabupaten Karangasem, Bali.  Tradisi perang pandan atau dalam bahasa Bali disebut dengan Mekare-kare dilakukan oleh pemuda dengan berpakaian adat Bali dengan bertelanjang dada. Tradisi ini diawali dengan melakukan ritual mengelilingi desa untuk memohon perlindungan dan keselamatan untuk sukses acara ini diselenggarakan.

Perang Pandan:
Alat utama dalam tradisi ini adalah Tameng / perisai yang biasanya terbuat dari bambu atau rotan dan daun pandan yaitu tumbuhan semak yang daunnya memiliki duri-duri yang sangat tajam.  Acara ini dilakukan oleh sepasang pemuda yang satu sama lainnya saling menjadi lawan mirip dalam pertandingan olah raga tinju dan ada seseorang yang bertugas untuk memimpin jalannya pertandingan layaknya wasit. Pertandingan akan berakhir setelah salah satu peserta sudah menyerah atau dirasa sudah cukup oleh pemimpin pertandingan. Karena tajamnya duri pandan yang dipakai dalam tradisi ini maka hampir semua peserta akan tergores dan mengucurkan darah, setelah acara selesai semua peserta akan diobati dengan obat tradisional yang telah disiapkan dan biasanya terbuat dari parutan kunyit dengan ditambahkan minyak kelapa. Akhir dari tradisi ini adalah peserta maupun masyarakat desa akan menyantap hidangan yang telah tersedia secara bersama-sama (megibung) dan disini terlihat kebersamaan dan kebahagian yang begitu kental.

PUPUH GINADA



Pupuh ginanti merupakan puisi bali tradisional, yang  memiliki aturan yaitu dalam satu bait terdiri dari 6 baris, setiap baris terdiri dari 8 suku kata yang mengikutinya, dan masing-masing suku kata berakhiran dengan bunyi vocal. Adapun aturan dalam pembuatan pupuh Ginanti yaitu : 8u,8i,8a,8i,8a,8i

Dibawah ini adalah salah satu contoh Pupuh Ginada yang sering digunakan:


Eda ngaden awak bisa

depang anake ngadanin
geginane buka nyampat
anak sai tumbuh lulu
ilang lulu ebuk katah
yadin ririh
enu liu peplajahan
artinya :
Jangan mengira diri sendiri sudah pintar
Biarkan orang lain yang memberi nama
seperti kegiatan menyapu
setiap hari selalu ada sampah
hilang sampah maka debu yang datang
walaupun sudah pintar

Selasa, 02 Oktober 2012

Tarian Khas Bali

Tari Bali tidak selalu bergantung pada alur cerita. Tujuan utama penari Bali adalah untuk menarikan tiap tahap gerakan dan rangkaian dengan ekspresi penuh. Kecantikan tari Bali tampak pada gerakan-gerakan yang abstrak dan indah. Tari-tari Bali yang paling dikenal antara lain Pendet, gabor, baris, sanghyang dan legong.
Tari Bali sebagian besar bermakna religius. Sejak tahun 1950-an, dengan perkembangan pariwisata yang pesat, beberapa tarian telah ditampilkan pada kegiatan-kegiatan di luar keagamaan dengan beberapa modifikasi

KATEGORI

Tari Bali dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, wali (sakral) atau bebali (upacara) dan balih-balihan (hiburan). Tari wali dan bebali dapat ditarikan di tempat dan waktu tertentu.Tari wali dipentaskan di halaman bagian dalam pura dan tari bebali di halaman tengah (jaba tengah).Sebaliknya tari balih-balihan ditarikan di halaman luar pura (jaba sisi) dalam acara yang bersifat hiburan.

TARI WALI

Tari Wali, merupakan tarian sakral, dipentaskan di halaman bagian dalam pura (jeroan).Jenisnya:
  • Rejang, tarian yang ditampilkan oleh wanita secara berkelompok di halaman pura pada saat berlangsungnya upacara.Tari rejang memiliki gerakan yang sederhana dan lemah gemulai.
  • Baris, jenis tarian pria, ditarikan dengan gerakan yang maskulin.Berasal dari kata bebaris yang bermakna prajurit, tarian ini dibawakan secara berkelompok, berisi 8 sampai 40 penari.
  • Pendet, adalah tarian pembuka upacara di pura. Penari yang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. Gerakan Tari Pendet lebih dinamis dibanding Tari Rejang. Kini, Pendet telah ditarikan untuk hiburan, terutama sebagai tari penyambutan.
  • Sanghyang Dedari adalah tari yang memasukkan unsur-unsur kerasukan guna menghibur dewa-dewi, meminta berkat dan menolak bala.
  • Barong adalah seni tari yang menceritakan pertarungan antara kebajikan dan kejahatan.Tokoh utama adalah barong, hewan mistik yang diperankan dua penari pria, seorang memainkan kepala dan kaki depan, seorang lagi jadi kaki belakang dan ekor.

BEBALI


Bebali adalah jenis tarian upacara, biasanya dipentaskan di halaman tengah pura.Tari ini sifatnya di antara sakral dan hiburan.


  • Gambuh, adalah sendratari Bali yang tertua. Musik, literatur dan kosakata yang digunakan dalam tariannya diturunkan dari periode Majapahit di Pulau Jawa. Pertunjukkan ini biasanya ditampilkan di pura pada saat hari-hari besar dan upacara.

BALIH-BALIHAN

Balih-balihan adalah jenis tarian yang bersifat non-religius dan cenderung menghibur.Ditampilkan di halaman depan atau luar pura.Jenis-jenisnya:
  • Janger adalah tarian pergaulan yang dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Penari putri mengenakan mahkota berbentuk merak berwarna emas dan hiasan daun kelapa kering.Sebagian besar tarian ditampilkan dalam posisi duduk, dengan gerakan-gerakan tangan, bahu dan mata.
  • Kebyar atau kekebyaran dapat ditarikan secara solo, duet, trio, kelompok atau dalam sendratari.Tari ini diiringi dengan permainan gamelan gong kebyar.
  • Legong adalah tarian yang diciptakan oleh Pangeran Sukawati berdasarkan mimpinya melihat bidadari.Penari legong yang berjumlah 3 orang menari mengikuti permainan gamelan semar pagulingan.
  • Kecak adalah tarian beramai-ramai yang dibawakan di malam hari mengelilingi api unggun. Ditampilkan oleh seratus atau lebih pria sambil duduk, dipimpin oleh pendeta di tengah-tengah. Tari kecak tak diiringi musik, tapi hanya tepukan telapak tangan yang memukul bagian-bagian dari tubuh agar menghasilkan suara. Mereka mengucapkan kata-kata "cak, cak, cak" untuk menghasilkan suatu paduan suara unik.

TARI TOPENG
Di Bali, topeng dianggap sakral, seperti topeng barong ket (singa), barong macan, (harimau), barong bangkal (babi hutan), barong lembu (banteng) dan barong landung (raksasa). Menarikan tari topeng dilakukan untuk memainkan kisah kehidupan nenek moyang, kisah Ramayana atau riwayat sejarah.
Tari topeng yang terkenal antara lain Topeng Pajegan. Tari ini dipentaskan pada saat upacara akil balig (metatah), pernikahan, dan perayaan di dalam pura. Cerita Topeng Pajegan didasarkan dari Babad Bali yang menceritakan kisah raja-raja Bali dan menteri-menterinya.


Event-Event Penting di Bali

Pulau Bali terkenal sebagai iklim surga tropisnya yang juga menyediakan kekayaan budaya dan tradisi. Bali disebut sebagai planet terpencil yang mempunyai tekstur dan warna yang sangat bervariasi dan berbeda – beda. Pulau ini menawarkan tempat surga didunia yang dapat dinikmati dengan barbagai kegiatan liburan seperti macam – macam pantai, pertunjukkan tari tradisional yang menakjubkan, upacara Pura yang mencengangkan, bahkan tempat terbak untuk berselancar. Jika anda merencanakan untuk berlibur ke Bali, pastikan anda datang di waktu yang tepat dengan tidak melupakan event budaya yang mungkin sedang berlangsung di Pulau Bali. Hal ini dikarenakan walaupun Bali merupakan salah satu tujuan utama berlibur di dunia, Bali juga merupakan pulau yang penduduknya masih memegang dengan erat adat istiadat leluhurnya yang jelas harus dipatuhi oleh turis pendatang baik domestik maupun mancanegara. Cari tahu mengenai event apa yang sedang terjadi di Bali untuk dapat menemukan waktu yang tepat bagi anda berlibur di Bali. Berikut ini adalah beberapa event besar di Bali yang mungkin membutuhkan perhatian khusus dan objek wisata tidak seluruhnya dapat digunakan. Jadi berhati – hatilah saat anda memilih tanggal untuk berlibur di Bali.
Galungan

Galungan merupakan salah satu dari peristiwa peringatan terpenting dan merupakan festival yang penuh dengan makna spiritual di Bali. Dalam waktu 10 hari setelah hari raya Galungan kemudian seluruh penduduk lokal akan berdoa hingga tiba waktunya perayaan hari raya Kuningan dengan berdoa dan menghormati para leluhur mereka. Festival tersebut merayakan kemenangan dari Dharma yang menang atas Adharma merupakan kekuatan roh jahat. Para penduduk lokal pulau Bali akan berpakaian dengan pakaian terbaik mereka, dan seluruh pulau akan penuh dengan dekorasi berwarna – warni. Hari suci Galungan dirayakan pada minggu ke 11 dari hari ke 210 pada kalender Bali. Pada tahun 2010 terdapat dua waktu dimana anda daapt menikmati event tersebut yaitu pada tanggal 12 mei dan 8 desember.
Kuningan

Kuningan merupakan hari raya suci yang diselenggarakan 10 hari setelah hari raya Galungan yang merupakan minggu ke 13 pada kalender Bali. Sebagai pertanda, bahwa doa mereka telah dikabulkan dan kejahatan dapat kalah oleh kebaikan.
Festival Seni

Festival seni di Bali diselenggarakan tepatnya di Denpasar Bali dengan kesempatan untuk melihat berbagai macam gaya dari tarian Bali dan untuk belajar mengenai bagaimana bentuk dan keindahan kerajinan tangan lokal. Festival ini berlangsung selama sebulan untuk memperkenalkan berbagai macam kerajinan tangan Khas Bali kepada para turis yang datang baik domestik maupun mancanegara. Hal ini jelas menarik banyak pebisnis yang berminat menjual barang kerajinan asal Bali di negeri mereka. Hal ini tentunya akan memberikan kesempatan kepada pengrajin lokal Bali untuk menyalurkan hasil kerajinan tangannya sebagai salah satu mata pencaharian dan menaikkan taraf hidupnya lebih baik lagi. Festival seni ini berlangsung dari hari Sabtu kedua pada bulan juni hingga hari Sabtu kedua pada bulan July. Festival ini juga termasuk pameran, prosesi, dan pertunjukan. Terdapat berbagai macam gamelan musik, pertunjukan seni, dan berbagai macam pertunjukan yang diibaratkan sebagai persembahan suci bagi para dewa.
Melasti dan Nyepi

Melasti merupakan festival yang bertujuan mensucikan hari terakhir dari tahun Bulan Bali pada kalender Bali. Hari ini dihiasi dengan suara genderang dan gamelan serta para penduduk lokal Bali memakai pakaian terbaik mereka dengan menggunakan baju terbaik, berjalan kearah laut ataupun bebersih untuk mensucikan dengan mencuci patung suci serta meninggalkan sesajen berupa bunag dan buah. Kemudian musik yang kontras diperdengarkan pada hari sesudah Melasti, adalah hari raya Nyepi yang merupakan hari yang sepi, tidak ada perayaan, setiap penduduk lokal Bali berdiam dirumah, bahkan turis pun dianjurkan untuk berdiam di kamar hotel ataupun villanya serta tidak bekerja bagi para penduduk lokal yang bekerja, tidak bepergian maupun berbicara pada hari raya tersebut yang merupakan hari pertama dari tahun baru bulan. Hari – hari raya tersebut dirayakan pada sekitar bulan maret maupun pada wal bulan April.
Festival Layangan

Pada saat festival layangan diselenggarakan, anda akan melihat langit diatas pantai Sanur akan berubah menjadi penuh warna tepatnya di area Padang Galak yang penuh dengan layangan berwarna – warni bahkan dengan ukuran yang sebesar 10 kaki. Festival layangan memebrikan kesempatan pada banyak tim yang memiliki berbagai macam bentuk layangan seperti daun, burung, ikan dan bentuk lainnya dari layangan khas tradisional Bali ini. Makna spiritual dari festival layangan ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada para dewa atas berhasilnya panen. Festival layangan biasanya diselenggarakan pada bulan Juli maupun Agustus yang merupakan waktu terbaik dengan angin terkencang sehingga layangan dapat terbang dengan baik.
Saraswati

Saraswati merupakan hari suci yang mempunyai tujuan untuk melakukan perayaan ilmu pengetahuan yang merupakan cahaya dari kebijaksanaan dalam hidup. Acara ini biasanya diselenggarakan pada hari Sabtu dan merupakan hari yang biasanya diselenggarakan pada saat sekolah maupun pada saat kegiatan pendidikan berlangsung.
Ngaben

Ngaben merupakan perayaan suci sebagai penghormatan terhadap para leluhur sebagai simbol dari penyatuan lima elemen dari tubuh dengan cara mengkremasi tubuh yang telah mati dan juga sebagai simbol untuk memindahkan roh kepada level yang lebih tinggi dari sekadar bertempat di sebuah tubuh.
Odalan

Odalan merupakan hari jadi sebuah Pura. Pada upacara ini, para penduduk lokal Bali meminta dewa mereka untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah, dan hidup yang makmur untuk setiap orang dan seluruh alam semesta.

Apakah kalian tahu Pura Besakih?

Sekilas tentang Pura Besakih

Inilah asal mulanya ada Besakih, sebelum ada apa-apa hanya terdapat kayu-kayuan serta hutan belantara di tempat itu, demikian pula sebelum ada Segara Rupek (Selat Bali). Pulau Bali dan pulau Jawa dahulu masih menjadi satu dan belum dipisahkan oleh laut. Pulau itu panjang dan bernama Pulau Dawa. Di Jawa Timur yaitu di Gunung Rawang(sekarang dikenal dengan nama Gunung Raung) ada seorang Yogi atau pertapa yang bernama 
Resi Markandeya.
Beliau berasal dan Hindustan (India), oleh para pengiring-pengiringnya disebut Batara Giri Rawang karena kesucian rohani, kecakapan dan kebijaksanaannya (sakti sidhi ngucap). Pada mulanya Sang Yogi Markandeya bertapa di gunung Demulung, kemudian pindah ke gunung Hyang (konon gunung Hyang itu adalah DIYENG di Jawa Tengah yang berasal dan kata DI HYANG). Sekian lamanya beliau bertapa di sana, mendapat titah dari Hyang Widhi Wasa agar beliau dan para pengikutnya merabas hutan di pulauDawa setelah selesai, agar tanah itu dibagi-bagikan kepada para pengikutnya.
Sang Yogi Markandeya melaksanakan titah itu dan segera berangkat ke arah timur bersama para pengiring-pengiringnya kurang lebih sejumlah 8000 orang. Setelah tiba di tempat yang dituju Sang Yogi Markandeya menyuruh semua para pengiringnya bekerja merabas hutan belantara, dilaksanakan sebagai mana mestinya.
Saat merabas hutan, banyak para pengiring 
Sang Yogi Markandeya yang sakit, lalu mati dan ada juga yang mati dimakan binatang buas, karena tidak didahului dengan upacara yadnya (bebanten / sesaji)
Kemudian perabasan hutan dihentikan dan Sang Yogi Markandeya kembali lagi ke tempat pertapaannya semula (Konon ke gunung Raung di Jawa Timur. Selama beberapa waktu Sang Yogi Markandeya tinggal di gunung Raung. Pada suatu hari yang dipandang baik (Dewasa Ayu) beliau kembali ingin melanjutkan perabasan hutan itu untuk pembukaan daerah baru, disertai oleh para resi dan pertapa yang akan diajak bersama-sama memohon wara nugraha kehadapan Hyang Widhi Wasa bagi keberhasilan pekerjaan ini. Kali ini para pengiringnya berjumlah 4000 orang yang berasal dan Desa Age (penduduk di kaki gunung Raung) dengan membawa alat-alat pertanian selengkapnya termasuk bibit-bibit yang akan ditanam di hutan yang akan dirabas itu. Setelah tiba di tempat yang dituju, Sang Yogi Markandeya segera melakukan tapa yoga semadi bersama-sama para yogi lainnya dan mempersembahkan upakara yadnya, yaitu Dewa Yadnya dan Buta Yadnya. Setelah upacara itu selesai, para pengikutnya disuruh bekerja melanjutkan perabasan hutan tersebut, menebang pohon-pohonan dan lain-lainnya mulai dan selatan ke utara. Karena dipandang sudah cukup banyak hutan yang dirabas, maka berkat asung wara nugraha Hyang Widhi WasaSang Yogi Markandeya memerintahkan agar perabasan hutan, itu dihentikan dan beliau mulai mengadakan pembagian-pembagian tanah untuk para pengikut-pengikutnya masing-masing dijadikan sawah, tegal dan perumahan.
Di tempat di mana dimulai perabasan hutan itu Sang Yogi Markandeya menanam kendi (payuk) berisi air, juga Pancadatu yaitu berupa logam emas, perak, tembaga, besi dan perunggu disertai permata Mirah Adi (permata utama) dan upakara (bebanten / sesajen) selengkapnya diperciki tirta Pangentas (air suci). Tempat di mana sarana-sarana itu ditanam diberi nama BASUKI. Sejak saat itu para pengikut Sang Yogi Markandeya yang datang pada waktu-waktu berikutnya serta merabas hutan untuk pembukaan wilayah baru, tidak lagi ditimpa bencana sebagai mana yang pernah dialami dahulu. Demikianlah sedikit kutipan dari lontar Markandeya Purana tentang asal mula adanya desa dan pura Besakih yang seperti disebutkan terdahulu bernama Basuki dan dalam perkembangannya kemudian sampai hari ini bernama Besakih.
Mungkin berdasarkan pengalaman tersebut, dan juga berdasarkan apa yang tercantum dalam ajaran-ajaran agama Hindu tentang Panca Yadnya, sampai saat ini setiap kali umat Hindu akan membangun sesuatu bangunan baik rumah, warung, kantor-kantor sampai kepada pembangunan Pura, demikian pula memulai bekerja di sawah ataupun di perusahaan-perusahaan, terlebih dahulu mereka mengadakan upakara yadnya seperti Nasarin atau Mendem Dasar Bangunan. Setelah itu barulah pekerjaan dimulai, dengan pengharapan agar mendapatkan keberhasilan secara spiritual keagamaan Hindu di samping usaha-usaha yang dikerjakan dengan tenaga-tenaga fisik serta kecakapan atau keahlian yang mereka miliki. Selanjutnya memperhatikan isi lontar Markandeya Purana itu tadi dan dihubungkan pula dengan kenyataan-kenyataan yang dapat kita saksikan sehari-hari sampai saat ini tentang tata kehidupan masyarakat khususnya dalam hal pengaturan desa adat dan subak di persawahan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa Besakih adalah tempat pertama para leluhur kita yang pindah dari gunung Raung di Jawa Timur mula-mula membangun suatu desa dan lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang pertanian dan peternakan. Demikian pula mengembangkan ajaran-ajaran agama Hindu.